Rabu, 26 Oktober 2022

Senja Bersama Bulan

Ah.
Begini saja, aku telah harsa.
Secangkir susu coklat panas.
Laraku hilang.
Tanpa masygul.
Titik. Tanpa Koma.

Engkau yang di sana.
Aku di sini.
Kita berjumpa via suara.
Itu kata lagu favoritku.

Senja ini sungguh nakal.
Aku diam sendiri.
Menyesap susu coklat panas.
Eh, senja datang membawa kabar.
Angin yang bertulang begitu lihai.
Mendekap erat.
Membuatku mengingat Bulan.
Hatiku pun menjadi renjana.

Aku tengok langit
Berharap bisa melihat Bulan.
Kan, senja nakal.
Langitnya mendung.
Bulannya dikekang awan gelap.

Satu , dua, tiga...
Langit mendung ku tiup.
Wus...
Sekarang aku bisa melihat Bulan.
Senyumnya tipis.

Lalu, ku kenakan sayapku.
Aku terbang ke atas.
Ku berbisik di telinga Bulan.
"Bulan, ku dekap engkau. Temani aku menikmati senja setiap hari. Love you."

Senja yang tak dirindukan

Dari sudut kota ini, aku mengukir syahdu. Sunyi tak bertepi. Sempurnalah. Ku hitung rintik hujan  Memuaikan setiap rindu yang te...