Kamis, 19 Desember 2024

A GIFT FROM THE DIVINE LOVE



A bright morning

I stroll leisurely through the campus lanes

The cool air seeps into my ribs

Memories begin to misbehave,

Emerging from the depths of my subconscious,

Trying to tell their stories, though I’ve imprisoned them.

I see

Cherry blossoms beginning to bloom,

Turning the campus into a scene from Japan.

Ah, why didn’t these flowers bloom sooner?

Back when she and I were still here.

Perhaps, there would’ve been a photo or two of us.

Now, she is there with someone else,

And I am here, painting my longing alone.

Ah, it’s no big deal.

It shouldn’t be a big deal.

She has probably forgotten,

And I must learn to forget, too.

A woman appears,

Shattering my daydreams.

Calmly, she holds a cherry blossom,

Pretending to smell it.

Someone swiftly captures her best angle.

Ah, this is getting strange.

My eyes begin to photograph her smile.

We know each other,

But only now do I realize how beautiful her smile is.

Is she my longing?

Ah, no.

She is a symphony of love,

Whispering the love of the Divine Love.

Senin, 16 Desember 2024

Kelas C, Kopi, dan Perasaan Mendalam




Waktu terus memburu para petualang cinta
Namun
Tak ada satupun yang sanggup menahan penjara dimensi waktu di setiap masa
Tak percaya?
Tengoklah ke dalam sastra kehidupan

Takdir memulai dengan petualangan kelas C
Segerombolan anak muda yang cinta bertualang
Tapi dilarang untuk memiliki perasaan mendalam 
Ah, sombongkan ?

Ternyata tak bisa
Secangkir kopi senantiasa menemani mereka
Bersaksi atas mimpi mimpi mereka yang lugas nan tegas
Namun terhadang oleh ketidakpastian dimensi ruang dan waktu di masa depan

Dan semakin lama mereka bertualang
Rahasia hati mereka  mulai terjalin
Lagi dan lagi
Dimensi ruang dan waktu seperti tak membiarkan mereka menjalin cinta

Waktu terajut, bergerak maju
Rahasia hati mereka selalu ada
Sesekali berbisik
'Kau jatuh cinta dan itu benar. Hanya saja kau tak pernah tahu cara membuat nya menjadi hidup di dimensi waktu dan ruang."

Minggu, 08 September 2024

Malang dan hujan pertama di bulan september

           Mungkin, hal ini bukan terjadi pada diriku saja. Malang menjadi tempat kuliah yang suasananya membuat orang betah. Cuacanya yang sejuk membuat orang betah untuk jalan-jalan atau mungkin duduk di pinggir jalan. Kuliner dan tempat wisatanya pun benar benar lengkap. Kalua urusan pendidikan, Malang memang jagonya. Kampus top selevel Universitas Brawijaya dan Universitas Negeri Malang menjadi incaran anak-anak yang ingin kuliah di kampus negeri berkualitas, Jika ingin kuliah di kampus swasta yang berkualitas, ada kampus IAIN Malang, Universitas Islam Malang , dan Universitas Muhammadiyah Malang.

          Ini adalah kesempatan kedua buat saya untuk tinggal dan hidup di Kota Malang. Tentu ini adalah sebuah dia yang pernah saya ucapkan di dalam hati sejak lama. Selepas kuliah Pendidikan Profesi Guru di Universitas Negeri Malang (UM Malang), saya sempat berdoa untuk kembali dan kuliah di sini lagi. Ternyata, Allah Swt mengabulkan doa saya waktu itu. Sekarang saya belajar di Universitas Negeri Malang sebagai mahasiswa program studi pascasarjana pendidikan Bahasa Inggris.

          “Hamba betah di Malang,” mungkin itu salah satu doa saya selama di Kota Malang. Terlepas saya belum memiliki rumah, kendaraan mobil, dan pekerjaan tetap di Kota Malang, itulah yang saya ucapkan di dalam hati.

          Kota Malang adalah kota kedua yang saya merasakan kenyamanan untuk tinggal setelah Kabupaten Jember. Di Jember, ada banyak kenangan yang tertinggal. Ada banyak hal yang membuat saya betah untuk tinggal di Kabupaten Jember. Mungkin tidak selengkap Kota Malang, namun saya bisa mendapatkan apa yang saya butuhkan di Kabupaten Jember. Masakan di Kabupaten Jember pun terasa cocok dengan lidah saya yang berasal dari desa.

          Mungkin yang aneh bagi saya saat tinggal di Kota Malang adalah masakannya. Hamper semua masakan terasa manis. Saya harus memesan dengan embel-embel ”Pedes banget” jika saya ingin masakan yang sedikit nendang di mulut.

          Saya sudah hampir setahun di Kota Malang. Selama semester 1 dan 2, saya tidak sempat berkeliling Kota Malang. Kehidupan saya hanya kampus dan kos-kosan. Sesekali saya bermain basket di lapangan basket kampus atau lapangan basket di daerah rampal di hari sabtu. Jika sudah bosan, saya akan pergi ke Kota Batu di hari Sabtu pagi setelah saya shalat shubuh. Saya berkendara ke Kota Batu dengan kostum yang sedikit nyeleneh, yaitu dengan menggunakan sarung.

          Di sana, saya menemukan sebuah tempat warung kopi yang menjual Susu Telur Madu Jahe (STMJ) dan warung lain yang menjual ketan dengan topping kacang ijo halus. Saya begitu menikmati makanan dan minuman dari kedua warung tersebut karena letaknya yang berseberangan dengan Alun Alun Kota Batu. Segelas STMJ sudah cukup membuat saya kenyang hingga siang atau sore hari.

          Bagaimana dengan harga makanan dan minuman di Kota Malang? Ini lah yang menjadi perdebataan. Bagi saya yang finansial belum stabil dan terbiasa makanan dengan harga sepuluh ribu, mungkin masakan dan minuman di Kota Malang sedikit mahal. Namun, bagi orang Jakarta, harga harga di Kota Malang bak terjun bebas. Mereka bilang kalua harga makanan dan minuman di Kota Malang ini setengah dari harga di Kota Jakarta.

          Jika ditanya soal proses studi saya, tentu ini bisa panjang ceritanya. Saya paham betul bagaimana kerasnya tranformasi dari seorang praktisi menuju seorang akademisi. Sebelumnya, saya hanya menghabiskan waktu untuk menulis modul Bahasa Inggris singkat dan mengajar Bahasa Inggris dasar. Kini, saya harus bertempur dengan artikel artikel internasional dan dunia penelitian. Memang rasanya sulit namun ini jauh lebih menyenangkan karena setiap kesulitan yang saya lewati seperti mengalahkan diri sendiri. Saya belajar bahwa saya tidak merasa nyaman saat saya berada di zona nyaman. Mungkin ini sejalan dengan ucupan salah dosen kepada saya,”kamu akan dewasa ketika kamu tidak dipuja dan semua harus diurus sendiri.”

          Bagi Sebagian orang, kalimat ini mungkin terasa pedas didengar. Namun, inilah kalimat yang membuat saya mencintai hidup di dunia rantau. Ada banyak hal yang saya pelajari saat saya merantau. Tentu yang paling jelas adalah bagaimana runtuhnya ego diri saya yang merasa selalu merasa besar dan benar. Banyak renungan yang saya pelajari saat merantau dan saya tulis di buku harian saya. Mungkin, bahasa sederhananya begini, ”Rantau membentuk growth mindset saya.”

          Ada banyak hal yang saya ingin lakukan di Kota Malang. Semoga semua bisa tercapai di tengah tuntutan saya menyelesaikan tugas akhir dan kewajiban saya sebagai kepala keluarga.

          Rantau benar – benar mengajarkan kepada saya tentang kekuatan doa saya sebagai seorang muslim. Saya mencintai Malang dan segala ceritanya. Saya merindukan Jember dengan segala kenangannya.

          Inilah renungan saya saat menikmati hujan pertama di bulan September di Kota Malang. Baunya begitu khas dan hawanya begitu pas. Pas untuk merenung maksudnya. Hehehe.

          Semangat, Mas Fen!

 

Minggu, 26 Mei 2024

Sebelum Semester Dua Usai

Aku kembali mengunjungi tempat ini. Kali ini, nuansa nya berbeda. Dahulu, aku menulis di bawah riuhnya Jember. Kini, aku menulis di bawah teduhnya Malang. 

Siapa bilang kembali ke Kota Malang itu enak? Ya memang enak sih. Beberapa hal seperti diputar kembali. Hanya saja, orangnya sudah berbeda. Dingin, rembulan, angin dan syahdunya tetap sama. 

Bakso Sayur belakang Balai Bahasa Malang masih menjadi tempat ikonik untuk dikenang. Momen perut keroncongan saat menjadi mahasiswa PPG benar benar masih melekat di Bakso Sayur Belakang Balai Bahasa. Yang beda, penjual es degannya sudah tidak ada. 

Pernah, aku kembali ke Balai Bahasa Malang untuk mengikuti pembekalan pengajaran Mahasiswa S3. Program ini berlangsung seminggu. Tepat di hari pertama, aku datang lebih pagi. Aku terkejut saat mengetahui ruangan yang akan dipakai adalah ruangan saat menjadi mahasiswa PPG. 

"Hai, aku yang dulu. Aku tepati janjiku. Aku di sini adalah doaku di hati terdalam." ucapku di raungan kosong itu.

Kota Malang. Barangkali, sekali orang terkena cipratan air Kota Malang, maka dia akan betah di Malang. Bisa jadi.Tapi entahlah. 

Setahun sudah, aku hidup di Kota Malang. Barangkali aku mulai paham mengapa Allah mengirimku ke sini. Ada banyak hal yang harus aku dengar dan aku harus belajar diam. 

Sosok mungil sering memanggilku dan seorang bidadari sedang diam merenung. Mereka sedang menungguku. 

"Ayah, kenapa harus Malang?" mungkin sosok mungil itu kelak akan bertanya hal ini.

"Malang adalah doa dan kelak Subhan mengerti."aku akan jawab demikian.


Selasa, 20 Februari 2024

Senja yang tak dirindukan

Dari sudut kota ini, aku mengukir syahdu.
Sunyi tak bertepi.
Sempurnalah.

Ku hitung rintik hujan 
Memuaikan setiap rindu yang terendap
Bolehkah sesosok wajah ku lukis?

Ah. 
Biarpun terlarang
Tetap akan ku lukis 
Engkau 
Cukup duduk dan diam
Berkediplah sesekali

Sekarang 
Kau lihatlah langit
Itulah engkau

Senin, 19 Februari 2024

Sang rumit

Memahamimu laksana memahami kahlil gibran dan rumi.
Itulah engkau. 
Sang ratu yang terpercik kecantik rembulan purnama.
Sang ratu yang sulit dipahami tapi indah dinikmati.

Selasa, 16 Januari 2024

Sepeotong ilham sebelum cahaya

Dari tempat ini
Rasanya satu dua kata tak cukup
Mungkin seribu

Menatap beberapa lampu
Mungkin masih sama 
Mungkin telah berganti
Begitulah hidup
Di tempat sama
Silih berganti cerita

Ku luaskan khayalku 
Bagai semesta tak bertepi
Mencoba memanggil semesta
Mengalunkan bahasa cinta
Mencari jawaban untuk satu tanya

Sejauh mana sunyi mengukir hati?
Semampu apa ku menghitung bintang? 

Itu saja
Nanti akan ribuan tanya
Tunggu saja
Ah 
Selagi lupa tak menghampiri
Biar ku ucap
Semakin jauh ku berlayar
Semakin dalam ku menyelam
Semakin diam ruh ku
Karena semakin ku tak tahu




Selasa, 02 Januari 2024

Dari ujung tersepi kota malang

Sayup sayup kabut meronce malam
Aroma hujan masih jelas di indra penciuman
Sejuk dan sunyi

Ku tatap dari balik kabut
Retrokognisi masa lalu muncul tanpa undangan
Hiruk pikuk nampak jelas
Entah kenapa berbekas
Terlukis oleh tinta kabut

Ku coba pindah ke tempat lain
Tetap sunyi dan berbekas
'Mengapa kau menyimpan kenangan ini'
Tanyaku pada tempat ini

'Semua kami adalah penyimpan memori. Angin mengukir semua engkau di dalam diri kami. Kami adalah takdir tak terhapuskan.' 
Jawab tempat ini.

Aku mulai paham
Ku coba bertapa
Diam dan bergerak
Namun semua hanya semakin jelas
Barangkali 
Beberapa memang harus nampak samar
Untuk mengingatkan bahwa diri dan hati ini pernah terdampar.

Minggu, 15 Oktober 2023

Di sudut pondok ini

Di bawah 1000 bintang,
Ku sujudkan akal ini.
Di bawah 1000 bulan,
Ku tirakatkan hati ini.
Di bawah tatapan Sang Maha Cinta,
Ku diamkan raga ini.
Diam , tenang dan khusyuk.
Dengan mesra ku ucapkan salam cinta.
Ku ukir ayat ayat cinta.
Dari ujung pena sang perindu cinta.

Selasa, 10 Oktober 2023

Di sebuah sudut kota ini

Dingin menyusup rusuk

Secangkir kopi ku teguk 

Melepaskan kaitan dari pelukan hawa dingin


Tegukan pertama cukup menendang

Pikiranku berkelana 

Tak bisa ku kendalikan

Ah. sungguh menyesakkan

Hanyak untuk berkunjung bukan untuk singgah


Seorang anak kecil memanggil

Dia bertanya dengan serius 

Apa yang kau pikirkan 

Ku jawab 'tidak ada'

'Tian, kau adalah pembohong yang gagal'


Rabu, 04 Oktober 2023

Sungguh syahdu

Ah.. ini sudah terlalu lama. Aku lupa untuk bercerita tentang kehidupan kampus. Sudah 6 kali pertemuan dan sudah menjelang UTS juga. Cerita juga baru dimulai kok. 

Sore ini, tepat di tribun ini. Aku duduk di tribun dari sebuah aula lepas. Letak nya persis ditengah tengah 3 gedung pencakar langit. Bayangkan saja , tiap gedung berlantai 9. 

Beberapa mahasiswi berkumpul sambil menyantap hidangan mie pedas khas kota malang. Beberapa kelompok lain juga berkumpul di sebelah nya. Jauh di depan mata,  segerombolan cowok tertawa lepas dan seorang cewek di antara mereka. 

Angin bulan Agustus tetap berhembus. Beberapa bilang kalo ini adalah angin penyambutan Mahasiswa Baru. Awalnya cuacanya dingin kemudian angin kencang akan berhembus tiap hari. 

Aku duduk sendiri. Mencoba membangun ulang rasa rindu 6 tahun lalu. Rindu pada seorang cewek? Tidak kok. Rindu akan jawaban dari teka teki masa depan.

Tepat sebelum aku pulang kampus 6 tahun lalu, aku mendawamkan shalawat di tempat ini. Jauh sebelumnya, aku berkata di hati untuk belajar di tempat ini. Semua  terlihat jelas. 

Ada doa yang akan aku sulam di tempat ini. Percakapan dengan langit yang akan tertulis. Semesta akan menyimpan. 

Seringkali, aku khilaf. Aku berbicara terlalu banyak. Energi ku terasa habis. Waktunya belajar diam. Setidaknya tidak berbuat bodoh lagi. 

"Malang, aku datang. Aku sibuk dan itu pasti . Aku pinjam namamu yah. Cerita lampau ini butuh latar tempat." Ucapku. 

Baiklah. Gitu dulu yah? 

A GIFT FROM THE DIVINE LOVE

A bright morning I stroll leisurely through the campus lanes The cool air seeps into my ribs Memories begin to misbehave, Emerging from the ...