Minggu, 26 Mei 2024

Sebelum Semester Dua Usai

Aku kembali mengunjungi tempat ini. Kali ini, nuansa nya berbeda. Dahulu, aku menulis di bawah riuhnya Jember. Kini, aku menulis di bawah teduhnya Malang. 

Siapa bilang kembali ke Kota Malang itu enak? Ya memang enak sih. Beberapa hal seperti diputar kembali. Hanya saja, orangnya sudah berbeda. Dingin, rembulan, angin dan syahdunya tetap sama. 

Bakso Sayur belakang Balai Bahasa Malang masih menjadi tempat ikonik untuk dikenang. Momen perut keroncongan saat menjadi mahasiswa PPG benar benar masih melekat di Bakso Sayur Belakang Balai Bahasa. Yang beda, penjual es degannya sudah tidak ada. 

Pernah, aku kembali ke Balai Bahasa Malang untuk mengikuti pembekalan pengajaran Mahasiswa S3. Program ini berlangsung seminggu. Tepat di hari pertama, aku datang lebih pagi. Aku terkejut saat mengetahui ruangan yang akan dipakai adalah ruangan saat menjadi mahasiswa PPG. 

"Hai, aku yang dulu. Aku tepati janjiku. Aku di sini adalah doaku di hati terdalam." ucapku di raungan kosong itu.

Kota Malang. Barangkali, sekali orang terkena cipratan air Kota Malang, maka dia akan betah di Malang. Bisa jadi.Tapi entahlah. 

Setahun sudah, aku hidup di Kota Malang. Barangkali aku mulai paham mengapa Allah mengirimku ke sini. Ada banyak hal yang harus aku dengar dan aku harus belajar diam. 

Sosok mungil sering memanggilku dan seorang bidadari sedang diam merenung. Mereka sedang menungguku. 

"Ayah, kenapa harus Malang?" mungkin sosok mungil itu kelak akan bertanya hal ini.

"Malang adalah doa dan kelak Subhan mengerti."aku akan jawab demikian.


Malang dan hujan pertama di bulan september

             Mungkin, hal ini bukan terjadi pada diriku saja. Malang menjadi tempat kuliah yang suasananya membuat orang betah. Cuacanya yan...